Monday 12 October 2015

Mobil, Bokap, Gue

aku, buku, dan kopi
cover
Judul: Mobil, Bokap. Gue
Penulis: Halluna Lina
Penerbit: PlotPoint
ISBN: 978-602-9481-69-3
Terbit: Juli 2014
Tebal: 335 hal.
Harga: 59.000,-
                                 Perjuangan Dinar Menyetir Mobil dan Hidupnya

Dalam hidup, manusia melewati tahapan demi tahapan. Remaja adalah tahapan yang sering mendapat perhatian ekstrabanyak. Mereka telah berkembang cara berpikirnya, tak lagi menelan mentah-mentah omongan orang tua. Mereka mulai kritis dan lebih percaya pada teman-teman sebaya karena dianggap lebih bisa memahami emosi mereka.

Karena kebutuhan inilah maka tercipta peer group, sekumpulan remaja sebaya yang memiliki hubungan erat dan saling tergantung. Dalam peer group, mereka berusaha menemukan identitas dirinya dan teman menjadi tolok ukur dalam  menilai siapa dan bagaimana dirinya.
Peer group memang diperlukan bagi remaja untuk aktualisasi diri dan menambah wawasan. Namun, dalam kelompok ini kadang muncul dua hal: peer pressure negative dan peer pressure positive. Remaja yang cenderung labil ditambah hubungan yang tidak baik dengan orang tuanya, biasanya terjebak pada kelompok yang memberi pengaruh negatif pada dirinya.

Dinar, dalam novel ini adalah representasi dari remaja tersebut. Hubungan dengan ayahnya yang bak kucing dan anjing, membuat Dinar mencari kenyamanan melalui Geng Cantik, geng paling popular di SMA-nya, yang dipimpin Bianca. Demi lolos dari trial member, Dinar rela melakukan apa saja. Dinar merasa dirinya gadis yang terlalu biasa, sehingga dia harus melakukan sesuatu yang membuat Geng Cantik respect padanya.
Ada peer pressure negative yang mengubah Dinar yang baik dan penuh semangat juga apa adanya menjadi Dinar yang melakukan sesuatu demi pujian orang lain, demi menyenangkan Bianca dan Geng Cantik juga Bram. Bahkan Dinar tak bisa menentukan masa depan yang akan dipilihnya.

“Gue belum kepikiran mau jadi apa. Kira-kira kerja apa ya, yang menurut orang keren?” (h. 139)

“Sayang banget tahu nggak? Gue kagum sama lo. Lo itu pekerja keras, tapi lo nggak punya tujuan, kalaupun ada tujuannya juga salah. Kalau usaha keras cuma demi orang lain, itu bakalan sia-sia aja. Hidup kan nggak selalu buat nyenangin orang lain terus-terusan.” 
Ini teguran Riko, cowok sekelas Dinar yang suka nyolot, nyindir, dan sok tahu tapi jago otomatif dan menolong Dinar agar bisa menyetir dengan cepat. (h. 167).

Demi menyenangkan Bianca dan teman-temannya, Dinar berani mencuri soal ulangan dari meja gurunya, dan mengaku jago menyetir. Dinar berhasil mendapat pujian sebagai gadis superb, cool, dan keren. Bahkan, dia berhasil menarik perhatian Bram, cowok tajir dan ganteng, juga pembalap.

Konsekuensi dari kebohongannya, Dinar semakin jauh dari Ayah sekaligus harus menutupi kebohongan dari depan Geng Cantik. Demi menjaga rahasia tentang dirinya yang sebenarnya tak bisa nyetir sama sekali, Dinar melakukan tindakan nekat hingga membahayakan dirinya sendiri dan membuat ayahnya makin marah. Tapi, Dinar tak kapok. Dia tetap rela meminta pada Ayah agar mengajarinya menyetir. Dinar yang suka ngeyel dan tak disiplin harus kuat menghadapi omelan demi omelan dari ayahnya yang galak, disiplin, dan superior. Semua demi Geng Cantik, demi pengakuan akan eksistensinya.

“Pokoknya Ayah gue itu beda. Hobi ngomel dan senang banget bikin gue gugup.” Perkataan Dinar pada Riko. (h. 138).

Tapi, dari sinilah, Dinar mulai memahami bagaimana Ayah yang sebenarnya, ketika diam-diam mendengar percakapan antara Ayah dan Ibu. “Ayah, tuh, khawatir, Bu, sama Dinar. Dinar bisa nggak ya, jadi orang sukses?” (h. 210)

Perasaan Dinar mulai terbelah. Apakah menuruti semua permintaan Geng Cantik dengan segala risikonya atau menjadi dirinya sendiri, tapi siap didepak dari Geng Cantik?
Sindiran-sindiran Riko selama ini yang membuat Dinar sebal dan keki tanpa sadar ikut memberi andil pada keputusan Dinar. Bahkan dengan jujur, Dinar mengakui di depan kelas, saat Pak Agus menyuruh semua murid menulis cita-cita mereka dan membacakan di depan kelas, kalau dia bingung mau jadi apa. Menurutnya semua profesi itu susah. Jadi presiden itu repot, jadi dokter hewan dia alergi kucing, jadi dokter bedah malah akan ninggalin gunting di tubuh pasien.
Tapi, ada kalimat yang dibaca Dinar di depan kelas yang tak hanya membuat terharu tapi juga membuat teman-temannya kagum akan kejujuran Dinar.

“Sekarang saya cuma kepengin bilang, saya memang belum tahu saya mau jadi apa. Namun, saya sudah tahu saya tidak ingin jadi orang seperti apa. Saya tidak mau jadi ‘orang-orangan’. Orang palsu. Orang yang bukan diri sendiri.” (h. 302)

Semua perubahan tentu saja membawa risiko. Jadi, Dinar harus kuat menghadapi ulah Bianca dan teman-temannya setelah itu.

Halluna Lina menyajikan novel dengan bahasa yang mengalir, ringan, dan nyaman diikuti sampai akhir. Banyak hal bisa dipetik dari setiap kejadian yang dialami Dinar. Bukan hanya tentang sikap Dinar dan Geng Cantik, tapi juga hubungan antara ayah-anak, dan bagaimana menjadi diri sendiri dan menghargai apa yang ada pada diri kita.
Cover dan judulnya unik, menjadi daya pikat tersendiri bagi pembaca. Selamat menikmati kisah cinta seorang ayah, cinta seorang anak, dan tentang cinta pertama.