Saturday 17 December 2011

My Idiot Brother


Jalan-jalan ke toko buku, mana bisa pulang tanpa bawa buku? Apalagi kalau ada yang harganya cuma ceban, 15 ribu, .... Jadi, inilah tiga buku di antara buku yang menjadi prioritas. Kenapa prioritas? Ya, karena selain temanya sesuai dengan kebutuhan saat ini, yang paling penting adalah ... harganya tidak membuat sekarat dompet.

My Idiot BrotherBuku setebal 267 hal dengan warna cover cokelat, ada logo GarudaFood ini ditulis oleh Agnes Davonar. Bukan nama asing tentu. Film Surat Kecil untuk Tuhan hasil tulisannya sukses mendapat perhatian. Maka ketika melalui speaker, suara empuk perempuan mempromosikan buku AD terbaru, saya memutuskan membelinya. Review sekilas cukup menarik perhatian. Covernya unik dan eye catching.
MIB merupakan kumpulan beberapa cerita: satu cerita utama (MIB) dan 6 kisah lain. Saya memiliki empat catatan utama tentang buku ini.

1. My Idiot Brother
Tema yang tidak biasa karena mengangkat kisah penderita down sindrom. Saya cukup terkejut dengan keberanian penulis mengungkapkan sisi hati Angel terhadap kondisi kakaknya. Agnes D sangat jujur menceritakan interaksi antartokoh dan karakter mereka. Bahkan karakter ibu pun tak digambarkan seperti novel lain yang biasanya lembut, penuh pengertian. Di sini tokoh ibu digambarkan lengkap dengan emosinya yang kadang takterkendali, menuntut Agnes agar menerima keadaan kakaknya.
Saya cukup menikmati ceritanya, meski agak kurang sreg dengan ending-nya.


2. Black Angel dan cerita-cerita lain.
Maaf jika saya kecewa dengan buku ini, karena hanya cerpen pertama yang mencuri perhatian. Entah mengapa penulis menggunakan nama yang sama (Black angel, Agnes, Angel, Hendra) untuk setiap tokoh di cerpen-cerpen ini. Beberapa kali saya termenung, apakah maksudnya ini semacam cerita bersambung atau serial? Tidak, saya tidak menemukan ketersambungan antara satu cerpen dengan cerpen yang lain. Jadi, dengan alasan apa penulis memakai nama-nama yang sama?

3. Banyaknya typo yang tersebar di hampir setiap halaman cukup mengganggu. Demikian juga beberapa kalimat yang terkesan dibiarkan begitu saja tanpa sentuhan editing, cukup mengganggu pembaca (saya).

3. Agnes Davonar. Awalnya saya mengira ini nama satu penulis. Tapi ketika melihat foto (2 orang) yang dipasang di halaman "Tentang Penulis" mestinya buku ini ditulis oleh dua orang.
Hanya saja kalimat "Agnes Davonar adalah keluarga bersaudara penulis yang memulai kariernya dari blog, ..." membuat saya bingung.
Mungkin akan lebih jelas jika ditulis begini:
"Agnes Davonar adalah dua bersaudara yang memulai karier menulisnya melalui blog, ...."
Bisa dikatakan saya agak kecewa dengan buku ini. Mungkin karena ekspektasi saya yang terlalu tinggi terhadap penulis yang sedang "naik daun".
Terlepas dari semua catatan tersebut, saya tetap mengucapkan selamat untuk Agnes Davonar, dan berharap ia akan menulis kisah yang lebih bagus lagi (terutama editingnya).

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak.
.