Wednesday 2 May 2012

Mafia Espresso : Pronto Antonio!





Judul : Mafia Espresso
Penulis: Francisca Todi
Penyunting: @angtekkhun
Desain sampul: greenLight
Penerbit : Gradien Mediatama
ISBN: 978-602-208-041-1
Hal: 320
Terbit: 2012 (cet. I)

Sophie Pieters mengalami hari buruk. Keterlambatannya pergi ke kantor ternyata belum seberapa. Di tengah jalan, di antara guyuran hujan, mobilnya ditabrak oleh "turis" pria Italia. Dalam sesi presentasi, Patricia, bosnya, tanpa sadar mengutip laporan Sophie bahwa ia baru saja ditabrak oleh"seorang idiot yang menjengkelkan". Masalahnya, orang yang dibicarakan Patricia itu adalah calon kliennya, Antonio Azzaro.
Maka musim gugur kali ini, Sophie harus menemani calon kliennya, bos Eco Green, yang tampan tapi "menjengkelkan" selama 30 hari, sebelum mendapatkan tanda tangan kontrak kerja. Masalah Sophie belum berhenti, karena ulah Ray "kekasihnya", juga masalah kakaknya, Tina.
Meski dalam beberapa kesempatan Antonio bisa diandalkan untuk menghadapi tingkah Ray, tapi gerak-gerik Antonio mengundang kecurigaan Sophie. Benarkah Antonio seorang mafia Italia?

A cup of love you can't refuse.
Yep, sulit menolak cinta seorang Antonio, seandainya itu terjadi padaku ;)
Baiklah, mari kita mulai membahas buku yang judulnya sangat manis ini. Perpaduan antara dunia kejahatan yang terorganisasi dengan kopi justru menciptakan kesan so ... romantic.

Cover yang menampilkan noni Belanda dalam bayangan titik-titik hujan sambil memegang secangkir kopi--yang pasti espresso-- cukup mengundang perhatian, meski akhir-akhir ini sepertinya design cover seperti ini sedang diminati. Tengok saja novel Nina Addison Morning Brew atau Triani Retno The Reunion.




















Konflik yang diangkat oleh Fransisca T, sebenarnya sederhana, tidak sedramatis judulnya. Tetapi ... yang menarik dan menjadi daya pikat, adalah interaksi antara Mafioso Antonio yang hm ... seenaknya tapi penuh perhatian dan Sophie yang "jutek" tapi gampang dijebak.
Keceriaan persahabatan membuat Mafia Espresso semakin gurih untukdinikmati, apalagi saat Sophie harus mengenakan kostum "kebesaran" sehingga Antonio makin mudah membuat Sophie "bertekuk lutut" di hadapannya.

Kehidupan Sophie dengan kakaknya, Tina, yang sedang mengalami krisis keuangan, melengkapi rasa novel ini dengan keharuan dalam porsi sekadarnya, sekaligus menyingkap sedikit masa lalu Sophie. Di titik inilah sebenarnya puncak konflik yang terjadi antara Sophie, Antonio, dan Ray.
Jika Ray kembali dengan cintanya dan telah berubah, apakah Sophie harus menyambutnya atau memilih Antonio yang tampan dan gentleman, tapi ... dicurigai sebagai mafioso Italiano?

Kasus Espresso Gate yang diselipkan penulis dan kepedulian mereka tentang apa yang mereka konsumsi, membuat saya merenung. Benar juga ya, selama ini kita (orang Indonesia kebanyakan) sepertinya tidak pernah mempermasalahkan proses produksi dan kredibilitas sebuah perusahaan, dari sisi humanisme. Selama ini saya hanya mempermasalahkan kehalalan produk, tanpa pernah memikirkan apakah perusahaan itu melanggar hukum karena mempekerjakan anak-anak di bawah umur.

Seandainya orang Belanda begitu humanis dan berani memboikot perusahaan yang melanggar hukum sejak dulu, mungkin mereka tak akan pernah menjajah Indonesia ... xoxoxoxo....

Setting luar negeri memang selalu memikat (karena itu hal baru), apalagi jika penulisnya memang tinggal di negara tersebut. Beberapa kata dari bahasa Italia dan Belanda disuguhkan dalam porsi minim, sehingga pembaca tak perlu sibuk menengok footnote.

Hmm ... tak ada yang sempurna, karena sempurna itu milik Allah dan Andra and the backbone *solech solechun* :D
Jadi, agak mengherankan jika Sophie memendam kecurigaan begitu besar terhadap Mafioso Antonio tanpa memanfaatkan internet untuk sekadar mencari info (mungkin dia amat ... amat ... sibuk?). Bahkan penemuan Maggie Liu, sahabatnya, dari internet tentang sang mafioso yang ganteng itu tidak cukup membuat Sophie melakukan hal yang sama.

Keputusan Patricia akan memecat Sophie juga agak membingungkan. Apakah dalam perusahaan itu, setiap karyawan harus selalu berhasil menjual produknya? Apalagi bukankah ini bukan kali pertama Sophie menawarkan produknya, yang sekilas dikatakan pernah berhasil menjaring klien.

Adegan ala film kriminal: saling menodongkan senjata, yang disajikan tiba-tiba dalam durasi pendek justru agak mengganggu. Apalagi Sophie masih mengatakan kalimat panjang kepada Antonio, di antara para "mafia" itu.

Secara keseluruhan saya menikmati novel ini. Bahkan rela "ngemil" membacanya, untuk menikmati dialog antara sang "Mafioso menjengkelkan" dan Sophie, juga mencecap harumnya kopi, indahnya danau IJmeer Amsterdam, guyuran hujan, dan ikut melayang saat mendengar kalimat "ti amo, cara mia". (gubrak!)

FYI: istilah "ngemil" membaca saya dapatkan dari tulisan Pak Hernowo. Berbeda dengan speed reading, ngemil membaca ibarat kita makan kacang (mete, karena ini yang saya suka) sebutir demi sebutir, mengunyah pelan, merasai kegurihannya, baru menelannya.

Quote: Bila hidup ini memang pertarungan, kita baru tahu siapa yang menang dan kalah di akhir kehidupan. Selama kita masih bernapas, masih ada kesempatan untuk menang.

**** (4) bintang untuk Mafia Espresso. Saya tunggu karya Mbak Francisca selanjutnya.

Tabik

6 comments:

  1. masih penasaran sama buku ini... yang pasti ceritanya ringan yah mbak????

    ReplyDelete
    Replies
    1. ringan menyenangkan dan siap terkikik-kikik sendiri. makasih dah mampir ya Put :)

      Delete
  2. Bintang 4 ya :D

    Premisnya bagus, aku suka novel ini, cuma kurang panjang dan kurang detil karena masih bny potensi plot yg bisa dikembangkan.. hihi.

    Menurut aku alasan Sophie ga mau mencari tau ttg Antonio (padahal uda berkali2 dikasih tau sahabatnya) cuma karena gengsi semata.

    ReplyDelete
  3. Btw, itu Profile Picture yg punya sama kayak cover bukunya. Lagi menikmati secangkir kopi/teh? hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha ... eh bener juga ya. Jangan-jangan mereka terinspirasi dari PP ku *haiyaaaa*
      Makasih Oky, dah mau ninggalin jejak di sini.

      Delete
  4. Mbak, makasih ya udah berkunjung ke blog-ku.
    Aku suka mem-follow blog-blog yang mengulas buku. Biarpun tidak (belum)punya, setidaknya tahu sedikit isi tentang buku :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak.
.