Cover edisi pertama May, 1906. Kalau dicermati ada dua sosok dalam cover ini. Keren! |
source |
Kisah yang menakjubkan. Endingnya mengejutkan. Perubahan
hidup White Fang dari Northland yang beku ke Southland yang cenderung panas
digambarkan dengan sangat bagus dan alami.
Setelah White Fang berada di Santa Clara Valley yang damai,
hanya berlari-lari menghindari Collie, anjing betina yang senang mengganggu,
sepertinya cerita akan berakhir begitu saja. Entah White Fang beranak pinak
atau malah mati tua. Ternyata Jack London tidak membiarkan White Fang mati
dalam kedamaian. Dia pintar memainkan alur.
Bahkan ketika cerita dimulai, Jack London masih
menyembunyikan White Fang-a wild wolfdog. Cerita dibuka dengan Sebuah Jalur Perburuan yang memberikan kesan sepi,
muram, sekaligus menakutkan.
Meskipun awalnya cerita berjalan lambat, tapi akhirnya saya
tak bisa berhenti. Sebuah pertarungan antara manusia dan Alam Liar. Mereka
saling mengincar. Siapa yang kuat dia yang menang dan berkuasa. Meski
kemenangan itu harus selalu disertai sikap waspada. Sekali lengah, mereka yang
kelaparan akan siap menerkamnya. Henry dan Bill, harus berjuang mengalahkan
serigala dalam perjalanan mereka menuju kota. Tapi, akhirnya Bill menyerah. Dan
Henry, keberuntungan bersamanya saat akhirnya ditemukan rombongan suku Indian
yang berkelana untuk mencari makanan.
Sementara, serombongan serigala yang mengepung Henry
menjauh. Tapi, kelaparan membuat rombongan itu saling mengincar. One Eye,
serigala tua abu-abu akhirnya memenangkan rombongan sehingga dia dapat membawa
Kiche (serigala-anjing betina) pujaannya. Mereka berdua berburu bersama, hingga
akhirnya Kiche melahirkan 5 anak. Kelaparan tak tertahankan di musim salju di
daerah Yukon, Sungai Mackenzie, Northland yang tandus itu. Mereka berebut
dengan manusia. Akhirnya hanya satu bayi serigala yang dapat bertahan. White
Fang, si bayi abu-abu. Alam Liar melakukan seleksinya. Siapa yang kuat dialah
yang dapat bertahan. One Eye akhirnya mati. White Fang kecil bingung dan takut
ketika akhirnya ibunya pun tak lagi membawakan daging untuk perutnya yang makin
menggelantung tipis.
White Fang berjuang. Tapi, dia masih terlalu kecil untuk
waspada. Di tangan ‘dewa’ Grey Beaver, White Fang tunduk karena Kiche (ibunya) tiba-tiba datang dan menurut pada
para dewa. Kiche rupanya dulu pernah jadi piaraan mereka tapi melarikan diri.
Pukulan, teriakan, cacian, membentuk insting White Fang,
hingga dia menjadi serigala paling menakutkan dan kejam bagi hewan lainnya.
Apalagi sejak Kiche tiba-tiba dibawa oleh sebuah kereta luncur dan meninggalkan
White Fang menghadapi Lip-lip dan gerombolannya sendirian.
White Fang tak mengerti ketika Kiche dibawa pergi. White
Fang hanya mengenal satu cinta. Ibunya. Tapi, semua siksaan paling kejam harus
diterimanya ketika White Fang berusaha mengejar ibunya (hal. 140)
White Fang banyak berlajar dari pengalaman. Dia gesit,
kejam, dan bijak seperti ayahnya, One Eye.
Karena ketangguhannya berkelahi, geraknya yang efisien,
White Fang justru menjadi incaran para ‘dewa’ tetapi musuh bagi kaumnya sesama
binatang. Beauty Smith membelinya dari Grey Beaver yang mulai bangkrut karena
kecanduan ‘bir’. White Fang dibentuk menjadi petarung profesional. Tak ada yang
mengalahkannya. Dia menjadi sumber uang bagi Beauty ‘buruk’ Smith. Hingga
ketika White Fang hampir tumbang oleh anjing Cherokee, Weedon Scott dan Matt
menyelamatkannya.
White Fang hidup dalam kekejaman Alam Liar dan pengabdian
pada dewa yang kejam, memerintah dengan kejam, menerapkan keadilan dengan
sebatang tongkat pemukul, menghukum pelanggaran dengan sakitnya pukulan, dan
memberi imbalan atas kehebatan, bukan dengan kebaikan, melainkan dengan menahan
pukulan. Dia tak mengenal ‘cinta’ dan ‘kasih sayang’ yang ditawarkan Scott.
White Fang hanya tahu hukuman. Jadi, ketika dia menurut pada salah satu dewa,
itu karena dia tak ingin mendapat hukuman lebih kejam. Hubungan White Fang dan
Scott membuat saya terharu.
Membaca kisah si Taring Putih ini seperti melihat tayangan
film National Geographic. Mengingatkan saya pada novel klasik the Yearling dengan detail-detail hutan
dan semua tempat yang terdeskripsikan secara “nyata”.
Karakter White Fang yang kuat membuat saya jatuh simpati.
Antara kagum dan kasihan. Di halaman 138, saya meneteskan air mata atas
perpisahan White Fang dengan ibunya, Kiche.
Alam Liar memang kejam, tetapi ternyata manusia yang disebut
dewa oleh White Fang bisa jauh lebih kejam. Hewan mungkin saling membunuh tapi
itu untuk bertahan hidup, sedangkan manusia bertindak kejam atas dasar hiburan.
Pengalaman Jack London bekerja di Yukon, yang menjadi
setting cerita ini, mungkin yang membuatnya dapat menggambarkan White Fang
dengan segala perasaan dan instingnya dengan begitu detail sekaligus menyentuh.
Kisah White Fang menumbuhkan perspektif baru tentang dunia
binatang dan cinta yang bisa kita berikan.
Banyak sekali kalimat yang saya sukai.
Sebuah tawa lebih buruk dari kesedihan—sebuah tawa tanpa
kegembiraan bagaikan senyuman sphinx, sebuah tawa sedingin lapisan salju…
Namun Alam Liar tetaplah Alam Liar, dan ibu adalah ibu,
selalu sangat protektif, entah di Alam Liar atau bukan. (hal. 86)
Di dunia ini tidak
semuanya bebas, bahwa di dalam hidup ada batasan dan kekangan. Seluruh batasan
dan kekangan itu merupakan aturan. Mematuhi semua itu merupakan jalan untuk
menghindari rasa sakit dan jalan untuk mendapatkan kebebasan. (hal. 88)
White Fang mengetahui bahwa hak unutk menghukum merupakan
sesuatu yang hanya dimiliki para dewa dan tidak diberikan pada makhluk-makhluk
hina di bawah mereka (hal. 141)
White Fang tahu persis aturan yang berlaku; menindas yang
lemah dan mematuhi yang kuat. (hal 164)
Satu-satunya cara untuk mencari tahu adalah dengan mencari
tahu. (hal. 244)
Hanya ada sedikit typo dan tidak terlalu mengganggu,
sehingga saya abaikan.
Judul: White Fang
Penulis: Jack London
Penerjemah: Haris Permatasari
Penyunting: Jia Effendie
Proofreader: Bernard Batubara
Desain Sampul: Amanta Nathania
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 330
Terbit: 2014 (cet. I)
ISBN: 979-780-700-2
Rate: Lima bintang
Info tambahan
Ternyata White Fang sudah pernah diadaptasi dalam film pada tahun 1991 oleh WaltDisney dengan judul yang sama dan dibintangi Ethan Hawke. Bahkan ada sekuelnya yaitu White Fang 2: Myth of White Wolf yang dibintangi oleh Scott Bairstow. Kayaknya saya harus mencari filmnya, nih.
Ternyata White Fang sudah pernah diadaptasi dalam film pada tahun 1991 oleh WaltDisney dengan judul yang sama dan dibintangi Ethan Hawke. Bahkan ada sekuelnya yaitu White Fang 2: Myth of White Wolf yang dibintangi oleh Scott Bairstow. Kayaknya saya harus mencari filmnya, nih.
Saya juga suka dengan quote-quote-nya :D
ReplyDeletesudah baca juga ya, Ki? Awalnya lambat, tapi lama-lama asyik.
DeleteSaya juga baca.. Memang awalnya seperti berbelit.. Tetapi kisah white fang memang sangat mengalir untuk di baca.. "Ketika makhluk penuh kebencian mengenal cinta.."
ReplyDelete