Sunday 16 October 2016

Apapun Selain Hujan

Judul: Apapun Selain Hujan
Penulis: Orizuka
Editor: Yulliya
Penerbit: GagasMedia
Desainer sampul: Agung Nugroho
Jumlah halaman: 288
Cetakan: Pertama, 2016
ISBN: 979-780-850-5

Sinopsis:

Wira membenci hujan. Lebih tepatnya takut pada hujan. Hujan mengingatkannya pada satu hari ketika sebuah tragedi terjadi. Sedih, menyesal, takut membuat Wira melarikan diri dari orang-orang yang akan mengenalinya. Dia bersembunyi sekaligus berusaha melupakan kenangan buruk itu. Wira meninggalkan cita-citanya, gadis yang disayanginya, semuanya.
Sayang, hujan tetap turun di tempat Wira bersembunyi bahkan lebih sering. Dan pertemuannya dengan Kayla si calon dokter hewan yang berawal dari seekor kucing yang kuyup karena hujan mengubah segalanya.

Curhat Buku

Saya membeli buku ini sudah lama. Hanya beberapa saat setelah bukunya terbit dan masih ada di rak paling depan toko buku G**Media. Kebetulan saat itu sedang ada dicount 30 % untuk pengguna kartu BNI. Langsung saya sambarlah buku dari penulis favorit ini.
Kenapa baru sekarang menyelesaikan membacanya? Itu kebiasaan saya. Entah kenapa kalau baca buku dari penulis favorit saya jadi sayang kalau nanti tiba-tiba selesai. Makanya meski buku ini saya bawa ke mana-mana, tetap saja baru saya selesaikan kemarin.

REVIEW

Prolog novel ini memang sudah mengundang rasa ingin tahu dan tak sabar untuk membuka halaman berikutnya. Bab berikutnya dimulai dengan adegan Wira yang sudah berada di Fakultas Teknik Unibraw Malang. Wira sengaja melupakan semua kenangan buruk dan rasa bersalah, dengan mengambil kuliah di kota Malang. Kota yang menurutnya cukup jauh dari Jakarta untuk melarikan diri.
Kehilangan sahabat yang bahkan "disebabkan" oleh kita meski tak sengaja memang bisa menyebabkan trauma. Saat Faiz, sahabat dan partner Wira dalam bermain taekwondo pergi untuk selamanya, sejak saat itulah Wira takut pada hujan. Saat Faiz pergi, hujan sedang turun dengan deras. Maka setiap kali hujan mulai menitik, tubuh Wira gemetar oleh kenangan buruk itu.

Sayangnya, Wira justru harus bertemu dengan Kayla karena seekor kucing yang akhirnya dinamai Sarang. Kayla seorang taekwondoin dan itu membuat Wira seakan dipaksa membuka kenangan buruk saat SMA. Wira ingin menghindar tapi Kayla yang mengingatkannya pada sosok Nadine selalu datang. Dulu Nadine, Faiz, dan Wira adalah tiga sahabat yang tak terpisahkan. Mereka berdua selalu ada untuk Wira yang canggung menghadapi lingkungannya. Background hidup Wira sebagai anak tunggal dengan kedua orang tua yang jarang mengajaknya bicara semakin membuat Wira menjadi sosok yang tidak percaya diri.

Karakter Wira dan Kayla mirip karakter Aris dan Naina di novel Orizuka yang berjudul 17 Years of Love Song. Wira (dan Aris) sosok anak lelaki pendiam dan penurut dan cenderung murung, sementara Kayla (dan Naina) sosok gadis yang ceria, penuh semangat, dan selalu berinisiatif.
Karena bujukan Kayla, akhirnya Wira sedikit berubah bahkan bersedia masuk klub taekwondo.

Mulai bab ini semangat saya untuk melanjutkan membaca jadi drop. Sepanjang saya membaca novel Orizuka baru kali ini saya mengalaminya. Menurut saya, perubahan Wira terlalu drastis. Untuk trauma dan karakter yang digambarkan sejak awal, seharusnya Wira tak bisa begitu saja membuka rahasianya pada seorang Kayla. Mestinya ada proses yang lebih smooth sampai akhirnya Wira memiliki alasan yang lebih kuat untuk mau bercerita.
Syukurlah bab itu bisa saya lalui dan semangat untuk menyelesaikan kembali naik.

Untuk menambah konflik, Orizuka menghadirkan sosok Attar, cowok tegap tampan dan senior di club taekwondo. Wira, Kayla, Attar terlibat dalam cinta segitiga. Orizuka memang pintar meramu cerita sehingga kisah cinta segitiga yang diselipkan dalam novel ini meski mainstream tapi enak dinikmati.
Apapun selain hujan, ternyata adalah kalimat dalam penggalan adegan saat Kayla marah pada Wira. Untuk menebus kesalahannya, Wira berusaha meminta maaf. Saat itu hujan deras turun. Kayla berdiri di tengah hujan dan menantang Wira untuk bergabung dengannya sebagai tanda maaf.
"Apapun selain hujan," jawab Wira. Wira akan melakukan apa saja untuk meminta maaf, apapun itu asalkan tidak berada di bawah hujan.

Karena setting utama di Malang, jadi pembaca akan disuguhi beberapa dialog khas arek (orang) Malang.

Bagi saya sosok Nadine dan Kayla sama pentingnya bagi perubahan karakter Wira, jadi saya malah tidak merasa ada perbedaan signifikan siapapun yang dipilih oleh Wira.

Ada satu lagi yang sedikit dilewati Orizuka entah sengaja atau tidak yaitu tentang trauma Wira. Di halaman 252 tiba-tiba dituliskan bahwa dokter yang menangani Wira mengatakan bahwa kemungkinan Wira mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Syndrome). Saya agak bingung, sih, karena sejak halaman awal tidak pernah disinggung kalau Wira pernah berada di bawah terapi dokter. Selain itu, adegan ini dibiarkan begitu saja. Jadi pembaca tidak tahu apakah setelah itu Wira harus terapi psikologis atau tidak.

Terlepas dari beberapa hal yang agak mengganggu --bagi saya-- tetapi lagi-lagi Orizuka berhasil membuat saya harus meraih tisu dan diam-diam menghapus air mata yang mengalir deras tanpa terasa saat adegan Wira menangis di rumah sakit setelah kena hajar habis-habisan dari lawan mainnya saat bertanding di Bandung.

Catatan Lain:

Sebagai orang yang sedang belajar menulis, tulisan Orizuka banyak memberi pelajaran misalnya bagaimana membuat semua adegan, tokoh, sekecil apapun perannya tetapi semua mendukung cerita. Misalnya tentang pukulan-pukulan yang diterima Wira saat di arena pertandingan, ternyata itu menjadi keywords dalam menyelesaikan masalah Wira dan traumanya. Bahkan itulah yang menjadi kunci utama dalam novel menyelesaikan novel Apapun Selain Hujan. Tepuk tangan untuk Orizuka. Kamu cerdas, gal!   

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak.
.